Mei 2018


Seorang kakek tua berusia 85 tahun pergi mengunjungi dokter specialis kelamin untuk memeriksa kesuburan dan kandungan spermanya.

Sang dokter mengambil sebuah toples kecil dan berkata, “Bawa toples kecil ini pulang, dan bawa kembali esok hari dengan contoh sperma Anda di dalamnya.”

Keesokannya kakek tua tersebut datang kembali ke klinik dan memberikan toples kecil itu kepada sang dokter. Akan tetapi toples kecil itu masih kosong seperti kemarin, bersih dan tidak ada sedikit sperma pun didalamnya. Sang dokter bertanya mengapa toples itu masih kosong, dan sang kakek tua menjawab.


“Begini dok, saya sudah coba dengan tangan kanan saya, tapi tidak bisa. Saya coba dengan tangan kiri saya, tetap tidak bisa.”

“Lalu saya minta bantuan isteri saya. Ia gunakan tangan kanannya, tidak bisa. Ia gunakan tangan kirinya, tetap tidak bisa.” “Istri saya mencoba dengan mulut, tapi masih tidak bisa juga.

Kami akhirnya memanggil Arlin gadis tetangga sebelah. Ia mencoba dengan tangan kanan, tapi tidak bisa. Ia mencoba dengan tangan kiri, tetap tidak bisa.

Ia mencoba dengan kedua tangannya, masih tidak bisa juga. Dicoba diapit dengan ketiak Arlin masih tidak bisa juga.

Bahkan Arlin sudah mencoba dengan menjepit diantara kedua pahanya, tetapi tidak bisa juga.” Ungkap kakek tua.

“Bapak sampai minta bantuan gadis tetangga sebelah???” Tanya sang dokter sambil takjub.

“Iya, dan sampai sekarang saya, istri saya dan Arlin tetap tidak bisa membuka tutup toples ini.” kata kakek tua.

Seorang sipir penjara mencoba menghibur terpidana berikutnya yang hari itu akan menjalani hukuman matinya diatas kursi listrik dengan mengatakan kata-kata yang menghibur.

“Jangan terlalu gelisah, karena daya voltage listriknya sangat tinggi. Lagi pula, itu terjadi dalam waktu yang singkat sekali”, kata sipir penjara.

Namun, ternyata saat itu dari kejauhan terdengar teriakan orang yang kesakitan luar biasa, dan itu berlangsung berkepanjangan,

“Saya pergi kesana sebentar untuk melihat yaaa…” kata sipir penjara.

Tak lama ia kembali, kemudian dengan santainya dia menjelaskan kepada terpidana mati yang berikutnya.

“Tak ada masalah yang berarti, cuma masalah teknis saja koq. Tadi itu rupanya sekeringnya putus, maka digunakan lilin sebagai gantinya, itu sajaaaaa…”
----------


TUHAN DEBAT DENGAN MALAIKAT


Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan-Nya.

Malaikat pun bertanya, “Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?”

“Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi,” kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon.

Tuhan melanjutkan, “Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang”.

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa.

Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar m atahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, “Lalu daerah apakah itu Tuhan?”

“Ooo, itu,” kata Tuhan, “itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras,siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni.”

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, “Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya?”

Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, “Wait, until you see the idiots I put in the government.”

Tuhan memanggil presiden tiga negara, Amerika Serikat, Cina, dan Indonesia untuk dimarahi. Setelah habis-habisan mencela tindakan pemimpin dunia ini, Tuhan menyampaikan bahwa Ia sudah muak dan memutuskan dalam tiga hari dunia akan kiamat.

Tiga pemimpin ini disuruh kembali ke negaranya untuk menyampaikan keputusan Tuhan kepada rakyat mereka masing. Ketiga pemimpin pulang ke negara masing-masing sambil putar otak, bagaimana menyampaikan kabar buruk ini kepada rakyatnya.


Di depan Kongres Amerika dan disiarkan langsung di TV, presiden Amerika Serikat mencoba, “Para anggota kongres yang terhormat, ada kabar baik dan ada kabar buruk. Pertama kabar baik dulu ya. Tuhan itu benar-benar ada, seperti yang kita yakini. Kabar buruknya adalah bahwa Tuhan akan memusnahkan dunia ini dalam tiga hari!”. Hasilnya payah, terjadi kerusuhan dan penjarahan di mana-mana.

Di depan Kongres Partai Komunis Cina, presiden Cina memodifikasi taktik Bush, “Tuan-tuan yang terhormat, ada kabar baik dan Stalin, Ketua Mao, dan para pendahulu kita salah, Tuhan itu benar-benar ada. Kabar buruknya yaitu tiga hari lagi Tuhan akan mengkiamatkan dunia ini.”. Hasilnya lumayan, orang-orang Cina lari, heboh dan menangis ketakutan dan membanjiri tempat ibadah, mau bertobat.

Yang paling sukses adalah presiden Indonesia. Di depan sidang paripurna DPR yang disiarkan langsung, ia tersenyum sumringah. “Saudara sebangsa dan setanah air, saya membawa dua kabar baik. Kabar baik pertama yaitu sila pertama Pancasila kita sudah benar, Tuhan itu benar-benar ada. Kabar baik kedua adalah bahwa dalam tiga hari semua masalah ekonomi, energi, pangan, kemiskinan, terorisme, dan penderitaan di Indonesia akan segera berakhir.”

Walhasil, Sukses besar di Indonesia, seluruh rakyat larut dalam pesta dangdutan dan pawai di mana-mana.

Pada jaman pemerintahan Pak Harto, ada seorang warga keturunan Cina berniat mengubah status kewarganegaraannya menjadi WNI. Berikut ini adalah petikan tanya-jawab antara si petugas dengannya:

“Selamat pagi, Pak.”

“Celamat pagi!” balasnya.

“Bapak akan menjalani pengujian akan wawasan kebangsaan. Jangan takut, pertanyaannya gampang, koq.”, hibur si petugas melihat mimik si engkoh yang mengerutkan alis.

“Saya akan mulai dengan tentang sejarah” Dia mengambil gambar RA Kartini lalu bertanya: “Ini gambar siapa?”

Dengan lantang dan suara keras, dia berkata: “Hai…ya…. itu kan Nyonya Menil. Wagus lo…. Owe celing minum.” (Itu khan Nyonya Meneer. Bagus loh. Saya sering minum.)

Berikutnya si petugas mengetes wawasan tentang kepemerintahan dengan memperlihatkan lambang Korpri.

“Ini apa, Pak?” tanyanya sambil masih mengulum senyum.

“Hai… ya…. olang pake itu seling latang ke toko Owe winta winta sumbangang”. (Orang pakai baju itu sering datang ke toko saya minta sumbangan)

Lalu, si petugas menunjuk kepada foto Pak Harto yang menempel di dinding sambil bertanya: “Foto siapa itu?”

“Hai….ya… . lia kan hopengnya Liem. Pintel lagang dia. Anak-anaknya luga.” (Dia khan teman baiknya Liem. Pinter dagang dia. Anak-anaknya juga)

Mendengar jawaban itu, si petugas menjadi sakit kepala.

“Ini pengetesan terakhir, Pak. Coba nyanyikan Lagu Indonesia Raya”

Si Engkoh langsung berdiri tegap dan bernyanyi : “Indonecia tanah ailmu…” (Indonesia, tanah airmu…)

“Stop… stop… kenapa tanah airmu, Pak???”, tanya si petugas.

“Landa tangan wulu, balu Ngai wilang tanah ail owe!!!” (tanda tangan dulu, baru saya bilang tanah air ku)


Setelah proyek milyaran selesai, seorang pejabat sebuah departemen kedatangan tamu konsultan merangkap kontraktor.

Konsultan: “Pak, ada hadiah dari kami untuk bapak. Saya parkir dibawah Toyota Innova.”

Pejabat : “Anda mau menyuap saya? Ini apa-apaan? Tender sudah kelar koq. Jangan gitu ya, bahaya tahu masa sekarang memberi gratifikasi!”

Konsultan: “Tolonglah pak diterima. Kalau tidak, saya dianggap gagal membina relasi oleh komisaris.”


Pejabat: “Ah, jangan gitu dong. saya gak sudi!!”

Konsultan (mikir ): “Gini aja, Pak. Bagaimana jika Bapak beli saja mobilnya?”

Pejabat: “Mana saya ada uang beli mobil mahal gitu!!”

Konsultan menelpon komisaris. Lalu beberapa saat kemudian:

Konsultan: “Saya ada solusi, Pak. Bapak beli mobilnya dengan harga Rp. 10.000,- saja.”

Pejabat: “Bener ya? Ok, saya mau. Jadi ini bukan suap. Pakai kwitansi ya!”

Konsultan: “Tentu, Pak!”

Konsultan menyiapkan dan menyerahkan kwitansi. Pejabat membayar dengan uang 50 ribuan. Mereka pun bersalaman.  /humorlucu/cuk

Konsultan (sambil membuka dompet): “Oh, maaf Pak. Ini kembaliannya Rp.40.000,-.”

Pejabat: “Gak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim 4 mobil lagi kerumah saya ya.”

Konsultan : @#$%^&** (sambil berpikir dalam hati bahwa pejabat ini sama saja korupnya)

ilustrasi Inah dan Mukidi

Iki Critone Mukidi  lan Mukinah, wong loro iki pacaran. Wong loro mau lagi malem mingguan  nang Pacet Mojokerto. Mergo asyik pacaran, gak kroso wis jam 12 bengi.  Kebengen, gelem gak gelem Akhire nginep nang penginepan/motel nok kono

Mukidi lan Mukinah mlebu kamar  penginepan utowo motel, gawe njagani sing  ora-ora,  Inah jupuk guling dideleh nang tengah gawe mbatesi turu. Inah kwatir onok opo-opo

Isuke wong loro mau balik mulih. Mukidi mbonceng Inah numpak sepeda montor. Dalan nang Pacet menggak menggok lan munggah mudun. Ujuk-ujuk sapu tangan e Inah mabur trus nyemplung nang jurang jurang.  Mukidi mandek, trus dibelani munggah mudun jurang, nyebrang kali njupuk sapu tangan e  Inah.  Sak wise kacu kecekel, trus diwenehno Inah mau iku

Gak songko...moro-moro.....plaakkk!! Mukidi ditempiling  ambek Inah,  Saking banget e ,  Mukidi sampek ndelosor nang lemah.

"Opo o ...yaaank, aku mbok tempiling iku, ndak matur suwun malak mbok keplok." jare Mukidi

Inah jawab: "Saputangan ucul ae, mas riko wani nyemplung jurang nyabrang kali, menek tebing, Lah mambengi wong atse nyeberani Goling ae, pean gak wani


Mukidi  mlongo koyo wedhus durung adus, trus nyokoti pucuk e sepatu dewe seseh, seseh e ilang nok jurang


Source: https://www.ketawa.com/2013/08/9133-dibatesi-guling.html

Paijo: (karo klangopan) Uangop... Ngantuk puol iki, mripatku sepet rasane
RT: Ngopi disik, Jo
Paijo: Sampun telas kopi rong gelas, pak. Tapi kok ngantuke sek mboten ilang nggeh?
Jarwo: Kopine guyangno raimu, ngko lak melek

Hansip: Bener iku. Raupo iki mumpung kopine sek panas
(kabeh podo ngguyu. Paijo tok sing mecucu)
Paijo: Weleh! Mlocot raiku
Pak RT: Makane, nek arep jaga ronda iku awane turu disik
Jarwo: Alasan mawon niku Pak RT... Asline Paijo iku kebelet pingin ngetap oli
Hansip: Bener iku. Paijo kan sek manten anyar. Sek kemaruk hahaha...


Paijo: (raine semu abang sajak kisinan) Kowe iki nek ngomong kok pas to, Wo...
Pak RT: Makane, awakmu ndang rabi, Wo. Ben ono sing ngenteni muleh melekan
Hansip: Najan durung rabi, Jarwo niku nggih wonten sing ngentosi kok, Pak...
Pak RT: Sopo?
Hansip: Coro (kecoak) kaliyan tengu teng jeding
Jarwo: Telek diremet-remet
Paijo: parikane metu. Artine opo iku?
Jarwo: Ngenyek ojo banget-banget

Pak RT: Ora ngenyek... Iku ngono ukoro penyebar semangat, ben awakmu ndang golek bojo
Jarwo: Sampun pados, Pak. Tapi sek dereng nemu sing cocok
Hansip: nggolekine salah tempat mungkin. Memang wis kok luru nong endi ae?
Jarwo: Nok rombengan. Kadang yo nok tempat sampah barang. Puas...?
Pak RT: Hahaha... ojo nesu
Paijo: Guyon, guyon... ngono wae baper
Hansip: Ngopi disik, ben ora salah paham
Jarwo: Iyo iyo... aku ngerti kok, iki mung guyonan nggo tombo ngantuk

Pak RT: Ngomong-ngomong, saiki lak jadwale Kang Sungib ngeronda. Lha endi wonge kok gak ono methungul blas
Paijo: Paling yo lagi ngumbah keris. Saiki kan malem jumat?
Jarwo: Pikiranmu iku nyelup keris tok wae, Jo Paijo... mentang-mentang pengantin baru
Paijo: Maksudku iku keris tenanan. Dudu keris sing kuwi. Pikiranmu iku sing ngeres

Pak RT: Bener. Wong Jowo iku sek nduwe kepercayaan, saben malem jumat legi wulan suro ngene iki pusakane kudu dikumbah karo kembang
Hansip: Ben kesaktiane mboten lungsur nggih, pak?
Pak RT: Cekno ora karaten
Paijo: Jarwo... Rungokno iku pituture pak RT. Tombakmu iku wis 35 tahun ora tau dicelup. Ati-ati teyengen lho
Jarwo: Haduh...!! Aku maneh sing keno
Hansip: Yo ngono kuwi nasipe wong jomblo, dibully terus hahaha...

(Pas jagongan gayeng, lha kok mambu aroma tak sedap. Kabeh podo nutupi irung)

Hansip: Asem! Sopo iki sing ngentut?
Pak RT: Wuek...!! ambune jian arum jamban
Jarwo: Mboten kulo lho, pak. Mentang-mentang jomblo ngko aku maneh sing diarani
Paijo: (karo mesem) Kulo pak sing ngentut. Duko niki, moro moro wetenge kulo mules sajak kebelet ngengek
Pak RT: Yo wis, ndang muleho, ngising disik kono
Paijo: Nggih, pak... (terus ngaleh)

Hansip: Nek wis mari kebelete ndang mbalek mrene maneh yo
Paijo: (soko kadoan) Yo, nek gak kebelet karo sing liyane
Jarwo: Semprul!
Hansip: Kepingin yo? Makane dikandani bola bali ora percoyo. Wong nduwe bojo iku lho kepenak
Pak RT: Bener, Wo. Umurmu saiki yo wis lebih dari cukup. Nek ora ndang omah-omah, selak keburu exspired
Hansip: Makanan keles, ono tanggal kadaluarsane hahaha
Jarwo: Nggih, pak. Wes, mangke pokoke wonten wong wedok lewat, langsung kulo lamar
Pak RT: Tenan iku?
Jarwo: Saestu, kulo nadar niki

(Tasan Jarwo mingkem, ndelalah ono wong wedok ayu kinyis kinyis mirip Syahrini teko nggowo nampan isine sak ceret kopi karo sak piring gedang goreng)

Cewek: (karo mesem ngelungake nampan) Monggo mas mas, bapak bapak... niki diunjuk kopine, kersane betah melek
Jarwo: (nampani nampan karo ndlongop saking kesengseme nyawang ayune bocah wadon iku) Nggih, mbak. Matur nuwun...
Pak RT: Sek mbak... panjenengan niku sinten? Kok dereng nate kepanggih nggih?
Cewek: Oh... tepangaken, nami kulo Sun Long Lay (ngulurake tangan gantian nyalami Pak RT, Jarwo lan hansip)
Hansip: Kok tangane adem, mbak?
Cewek: Nggih, mas... kulo grogi nyawang mas ganteng niki lho... (karo ngelirik Jarwo)
Jarwo: (irunge langsung mekar mergo kegeeran) Mbak niki saget mawon... oya mbak, jenenge kok apik temen. Sun Long Lay... keturunan Cina nggeh?
Cewek: (ora njawab, mung mesem tok)

Pak RT: (dehem) Ehem!! Jarwo... eling nadarmu mau?
Jarwo: (grogi) o... nganu, pak... njenengan mawon sing matur. Kulo isin pak...
Cewek: Mboten usah isin, mas. Ngendiko mawon wonten nopo?
Pak RT: Ngeten lho, mbak... Jarwo niki pingin gadah bojo. Nek njenengan purun, bade dilamar kaleh Jarwo
Cewek: (mesem genit karo nyedeki Jarwo) Saestu nopo, mas ganteng?
Jarwo: (gelagapan) ho oh, ho-oh....
Pak RT: Mbak Sun... nuwun sewu sak derenge. Kulo tanglet rumiyin... Daleme njenengan teng pundi to?
Cewek: Griyane kulo teng kulon kampung cedake prapatan, sebelahe wit ringin gede

(Pak RT, Hansip lan Jarwo kaget trus mbengok bareng): Iku kan kuburan?
Jarwo: (gemeter sampek kepuyuh): Dadi kowe iki....?
Cewek: Aku Sun Long Lay, mas... Sundel Bolong Alay....ihhxi xi xi xi....!!
Jreng jreng...!!
Jarwo, Pak RT karo Hansip mlayu sipat kuping: Hantu......!!
Cewek: (ngguyu kepingkel-pingkel) Rasain lo gua kerjain. Masa mereka gak ngenalin gue sih? Gue kan Markiyem, anaknya pak Sungib yang dari kecil ikut mama di Jakarta sejak papa mama cerai? Payah! Tampang aja sangar... Nyali ciut, coy!!

Tiba-tiba seseorang mencolek pundak Sun Long Lay alias Markiyem. Saat cewek cantik itu menoleh...

Jreng jreng....!!

Sundel bolong yang asli menyeringai seram dengan tawa ngikik panjang: Ih ih ih ih ih ih.....!! Ih ih ih ih.....!!
Markiyempun pingsan

Koder : Pak, arep ndaptar nyalon dadi pulisi
Polisi: Umurmu piro?
Kodern: 40 tahun

Polisi: Ketuweken, gak memenuhi sarat
Koder: Ojo gelem dibodoni karo sarat. Seng ngerti maksute sarat iku yo sing nggawe sarat. Opo sampeyan sing nggawe?


Polisi: Ngono? Yo wis sak karepmu... Lulusan opo?
Koder: SD
Polisi: SD? Ora masuk kriteria
Koder: Ojo gelem dibodoni karo kriteria. Sing ngerti maksude...
Polisi: Cukup! Ojo diterusno... Sing ngerti artine kriteria iku yo sing nduwe kriterio. Ngono to karepmu?

Koder: Cerdas sampeyan
Polisi: Duwurmu piro?
Koder: 140 senti
Polisi: Kependek en. Ora mlebu standart
Koder: Ojo gelem dibodoni karo standart
Polisi:  wis Cukup! Iso renang opo ora?
Koder: Ora

Polisi: Nduwe catetan kriminal?
Koder: Ono thithik... Tau kecekel pas main domino, pak
Polisi: Yo wes, koen di trimo. Mulai mene koen ditugasno nok unit anjing pelacak
Koder: Tugasku lapo pak?

Polisi: Njenggong karo ngambus-ambus  nok TKP
Koder: Asuuuuu....!!

Ada 2 orang bersaudara yang satu tinggal di amerika dan satu lagi di Rusia, mereka sama-sama miskin. pada suatu hari saudara yang di amerika mengirim surat kpd saudaranya yang di rusia. kira-kira bunyinya begini :

"Saya sudah tidak miskin dan mengemis2 lagi di amerika, kehidupanku udah berkecukupan".
Kemudian dibalas suratnya oleh saudaranya yang di rusia, "keajaiban apa yang terjadi? apakah ada sesuatu hal yang kamu lakukan?",


Dan dibalas lagi oleh saudara Amerikanya :
"Tidak ada sesuatu yang ajaib terjadi, yang aku lakukan hanya mengemis di depan Gedung putih, kemudian aku makan rumput dihalaman gedung putih, dengan maksud supaya ada yang berbelas kasihan, kemudian datang presiden Kennedy dan memberiku uang, pekerjaan dan tempat tinggal."

Keesokan harinya, setelah menerima surat yang terakhir itu, saudara yang di Rusia pergi ke Kremlin dan memakan rumput dihalaman gedung itu, dan datang Kruschev, sambil berkata :

"Mengapa kau makan rumput? Lebih baik kau makan jerami itu dan rumput bisa kau simpan untuk persediaan musim dingin..." (kaskus)


Seorang tentara Rusia dan seorang wanita Amerika sedang berduaan di tepi sungai Elbe merayakan kemenangan pada perang dunia ke 2.  Si wanita Amerika menikmati buah jeruk dan mengambil jeruk dalam tasnya, setelah mengupas jeruk tersebut, kulit jeruk tersebut dimasukan kedalam tas dan disimpan dengan rapi. Dengan heran pria rusia ini bertanya :


Untuk apa kamu simpan lagi kulit jeruk tersebut?
si Wanita menjawab : di Amerika kami mengolah lagi kulit jeruk ini menjadi jeruk-jerukan dan mengekspornya ke Rusia
.
Setelah selesai bercumbu dan bercinta, Kemudian tentara rusia menggulung dan melipat dengan rapi kondom yang telah digunakan tadi dan menyimpannya dalam saku baju.

Penasaran, si wanita berkata : Jorok kamu, untuk apa kamu simpan lagi kondom bekas itu?
Tentara rusia : di Rusia, kami biasa mengolah kondom bekas menjadi permen karet dan mengekspornya ke amerika

Oleh: Abdurrahman Wahid

Presiden Gonzales dari sebuah “republik pisang” di Amerika Latin sangat tidak populer. Pada suatu hari ia bertamasya keliling ibu kota, dengan berkendaraan kuda. Ketika akan menyeberang sebuah jembatan, kuda yang dinaikinya terkejut melihat derasnya arus sungai di bawah jembatan itu. Presiden Gonzales terjatuh dari kudanya ke dalam sungai itu, dan dihanyutkan arus deras tanpa dapat ditolong oleh para pengawalnya. Namun, setelah hanyut sangat jauh, ia ditolong oleh seorang pengail ikan yang pekerjannya setiap hari mengail di tempat itu. Dengan rasa terima kasih sangat besar, ia menyatakan kepada pengail miskin itu siapa dirinya, dan betapa besarnya jasa pengail itu kepada negara, dengan menolong dirinya. Ditanyakannya kepada pengail tersebut, apa hadiah yang diinginkannya sebagal imbalan atas jasa sedemikian besar itu. Dengan kelugasan orang kecil, pengail itu menjawab: “Satu saja, Paduka. Tolong jangan ceritakan kepada siapa pun bahwa sayalah yang menolong Paduka.”

foto: NuOnline
Lelucon di atas memiliki unsur-unsur ‘humor yang mengena’. Unsur surprise terdapat pada akhir cerita, karena jawaban pengail itu benar-benar di luar dugaan. Juga ada unsur sindiran halus, yang mengajukan kritik atas hal-hal yang salah dalam kehidupan, tetapi tanpa rasa kemarahan atau kepahitan hati. Keduanya merupakan kondisi psikologis terlalu intens dan emosional, sehingga kehilangan obyektivitas sikap terhadap hal yang dikritik itu sendiri. Tidak lupa tertangkap dalam cerita di atas, rasionalitas yang merupakan tali pengikat seluruh cerita. Terakhir, situasi yang ditampilkan, yaitu akal orang kecil untuk menggunakan kearifan mereka sendiri, tertangkap dengan jelas.

Buku kumpulan lelucon tentang Rusia ini menampilkan cukup banyak lelucon yang memiliki kelengkapan unsur-unsur seperti lelucon di atas. Memang tidak seluruh lelucon yang ada di dalam buku kumpulan ini baik, tetapi jumlah yang benar-benar baik sudah lebih dari cukup untuk menikmatinya sebagai kumpulan lelucon. Kenyataan ini timbul dari kenyataan tingginya rasa humor orang Rusia. Rasa humor itu juga terlihat dalam cerita berikut. Lenin meninggal tahun 1924, dan Stalin menggantikannya sebagai penguasa Rusia. Mayat Lenin, yang disemayamkan di mausoleum di Kremlin, pada suatu hari dicoba untuk dihidupkan lagi oleh para dokter. Mereka berhasil dengan percobaan itu, dan mayat Lenin dengan sempoyongan meninggalkan mausoleum, menuju ke kantor Politbiro Partai Komunis. Dimintanya semua koran yang terbit sejak kematiannya, dikuncinya dirinya di kamar kerjanya, untuk menyimak ulang perkembangan Rusia sejak ditinggalkannya selama tiga tahun itu. Ia tidak mau diganggu, hanya meminta makanan diletakkan di muka pintu ruang itu. Selama tiga hari makanan masih diambilnya, dan piring bekas makanan masih dikeluarkannya dari dalam ruang. Setelah itu tidak ada piring kotor dikeluarkan, dan makanan yang disediakan tidak diambil. Setelah beberapa hari hal itu berlangsung, diputuskan untuk mendobrak pintu ruang itu, dan melihat apa yang terjadi, karena dikhawatirkan terjadi sesuatu atas dirinya. Ternyata, Lenin tidak berada di sana. Harian-harian lama yang dimintanya berceceran memenuhi lantai, dan di meja ditinggalkannya secarik kertas, berisikan pesan tertulis berikut: REVOLUSI TELAH GAGAL. SAYA AKAN KEMBALI KE JENEWA UNTUK MEMPERSIAPKAN REVOLUSI LAGI.

Rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain. Kepahitan akibat kesengsaraan, diimbangi oleh pengetahuan nyata akan keharusan menerima kesengsaraan
tanpa patahnya semangat untuk hidup. Dengan demikian humor adalah sublimasi dari kearifan sebuah masyarakat.

Mengapakah kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan? Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam perilaku diri sendiri itu. Lelucon berikut menunjukkan hal itu dengan nyata. Dua orang Irlandia berbincang tentang tanda apa yang ingin mereka pasang di kubur masing-rnasing setelah mati kelak. Kata Mulligan, ia ingin kuburnya nanti disiram wiski, pertanda kegemarannya yang memuncak kepada minuman keras. Dimintanya agar sang teman mau melakukan hal itu, kalau Mulligan mati lebih dahulu. Jawab temannya, “Aku bersedia, tetapi kau tidak keberatan bukan kalau wiskinya kulewatkan ginjalku dahulu?”

Watak kegemaran akan minuman keras memang sudah menjadi “ merk dagang” beberapa bangsa, termasuk bangsa Irlandia. Watak bangsa Yahudi adalah kekikiran. Citra ini memang tidak fair bagi orang Irlandia atau orang Yahudi, tetapi memang demikianlah yang sudah menjadi anggapan umum di seluruh dunia. Kisah berikut menunjukkan kekikiran orang Yahudi. Seorang Yahudi membuat minuman keras untuk dinikmati sendiri. Ketika temannya melihat hasil karya itu, dimintanya contoh sedikit, untuk dianalisa di laboratorium. Temyata, minuman itu mengandung bahaya, dapat membuat mata buta dan hanya dapat diatasi dengan operasi. Ketika disampaikan hal itu kepada si Yahudi itu, ditanyakannya berapa biaya pengobatan mata itu nantinya. Sewaktu diberi tahu biayanya dua puluh lima ribu rupiah, dijawabnya, “Biarlah kunikmati minuman itu, karena biaya membuatnya tiga puluh lima ribu rupiah. Kalau operasi juga, sudah menghemat sepuluh ribu rupiah.”

Bangsa lain yang terkenal kikir adalah orang Skot dan kepulauan Inggris. Suatu hari, seorang ibu mencari-cari orang yang menolong anaknya yang hampir tenggelam di danau sehari sebelumnya. Ketika sampai ke si penolong, orang itu menjawab agar tidak usah terlalu dipikirkan, karena sudah kewajiban manusia untuk menolong sesamanya. Jawab ibu tersebut, “Ya, tetapi topinya hilang sewaktu Anda menolong anak saya kemarin. Siapa yang harus bertanggung jawab atas kehilangan itu?”

Dari kemampuan mengenal kekurangan diri sendiri itu, lalu muncul pengertian juga akan keadaan orang lain. Seorang Skot pergi ke Laut Galilea di Israel. Oleh pemandu wisata ditawarkan untuk membawanya menyeberang dengan perahu, mengikuti garis lintas Yesus dahulu berjalan kaki di atas air. Ketika ditanyakannya biaya penyeberangan dengan perahu itu, sang pemandu wisata itu menjawab sepuluh dolar Amerika Serikat.
Gerutu orang Skot itu dalam hatinya, “Pantas Yesus memilih berjalan di atas air, biaya penyeberangannya dengan perahu semahal itu!”

Dalam episode itu tergambar rasa pengertian akan nasib sesama orang yang sering ditipu oleh para pemandu wisata. Apalagi kalau sama-sama liciknya, tentu akan lebih dalam rasa saling pengertian itu. Rasa itu dapat juga timbul bagi masyarakat sendiri, yang sering kalah di hadapan bangsa-bangsa lain. Kejadian berikut menggambarkan rasa ketidakberdayaan itu dengan tepat. Seorang sopir pada tahun enam puluhan membawa seorang turis Amerika berkeliling Jakarta. Di depan Toserba Sarinah, sang turis bertanya, berapa lama diperlukan waktu untuk mendirikan bangunan itu. Sopir itu menjawab empat tahun. Sang turis menyatakan hal itu terlalu lama dan memakan waktu, karena di Amerika Serikat hanya dua tahun. Sesampai di jalan lingkar di depan Hotel Indonesia, turis itu menanyakan berapa lama waktu mendirikan hotel tersebut. Sopir itu memendekkan waktunya dan menjawab dua tahun. Sang turis menyatakan di Amerika hanya diperlukan setahun. Ketika sampai di dekat kompleks stadion Senayan, turis itu menanyakan hal yang sama. Sopir taksi itu menjawab, tanpa memperlihatkan rasa bersalah sedikit pun, “Entahlah, Tuan, kemarin stadion itu belum ada di sini!”

Rasa pengertian itu juga muncul dari ketidakberdayaan menghadapi kenyataan. Seorang turis Amerika menyombongkan luasnya daratan negerinya, dengan menyatakan bahwa dari pantai barat di San Francisco ke New York di pantai timur, orang harus naik kereta api tiga hari lamanya. Seorang Malaysia yang mendengar itu rupanya salah mengerti dan menjawab, “Di negeri saya kereta api juga suka rusak berhari-hari seperti di negeri Anda.” Ketidakberdayaan orang Malaysia menghadapi sistem perkeretaapian di negerinya itu, rupanya, diproyeksikan kepada kenyataan lain di negeri orang. Seperti halnya anak kecil kita yang bertemu anak orang kulit putih di salah satu pasar. Anak Melayu itu berkata kepada ayahnya, “Pak, itu anak kecil-kecil kok sudah bisa berbahasa Inggris?” Bahwa hanya orang Melayu dewasa saja yang mampu berbahasa Inggris, diproyeksikan kepada anak orang asing itu oleh si anak Melayu.

Namun, humor juga mencatat hal-hal lucu ketika manusia berusaha menjadi makhluk komunikatif kepada orang lain. Seorang turis Arab mendapat tempat di meja makan yang sama sewaktu sarapan di sebuah hotel di Paris. Orang Prancis yang merasa harus menggalakkan pariwisata di negerinya itu menganggukkan kepala dan mengucapkan selamat pagi kepada turis asing itu, dengan mengatakan, “Bonjour, Monsieur.” Turis Arab itu mengira ditanya namanya, dan menjawab “Ana Abbas Hasan.” Dan mereka pun lalu bersarapan tanpa berucap apa pun. Pada siang harinya, hal yang sama terjadi ketika mereka akan makan siang. Namun, setelah menjawab dengan jawaban yang sama, turis Arab itu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Masakan ada orang bertanya nama dua kali? Setelah makan siang, ia lalu pergi ke toko buku dan melihat pada kamus Prancis-Arab. Ternyata, ucapan “Bonjour” adalah salam bahagia untuk orang lain. Sewaktu mencari padanan jawabannya dalam bahasa Prancis, ia tidak menemukan kamus Arab-Prancis. Ia memutuskan untuk mendahului mengucapkan “Bonjour, Monsieur” ketika makan malamnya. Sewaktu hal itu dilakukannya malam harinya, ia terkejut setengah mati. Mengapa? Karena si orang Prancis meniawab dalam bahasa Arab, “Ana Abbas Hasan.” Sama-sama ingin komunikatif, tetapi tetap saja tidak komunikatif.

Humor juga merekam akibat perbuatan manusia dalam hidupnya, termasuk akibat atas dirinya sendiri. Seorang wartawan melihat seorang tua di pegunungan kuat sekali meneguk minuman keras. Ditanyakan apakah itu kegemarannya yang utama, orang tua itu menjawab, “Ya, saya minum paling sedikit dua botol vodka tiap hari, dan main cewek di mana-mana.” Sang wartawan kagum, bahwa orang tua renta dengan muka begitu keriput dan rambut begitu putih masih kuat melakukan hal itu. ”Berapa umur Bapak sekarang?” tanyanya dengan hormat. Orang itu menjawab, “Tiga puluh dua tahun.”

Humor merupakan senjata ampuh untuk memelihara kewarasan orientasi hidup sebuah masyarakat, dengan itu warga masyarakat dapat menjaga jarak dari keadaan yang dinilai tidak benar. Salah satu di antaranya adalah sikap penuh pretensi, yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Kecenderungan manusia untuk memperlihatkan kebodohan jika bersikap pretensius dapat dilihat pada lelucon Rusia yang tidak ada dalam buku ini. Ketika radio transistor dipakai umum di negeri-negeri Barat, seorang turis tampak membawa sebuah di suatu tempat di Moskow. Seorang Rusia mendekatinya bertanya, “Di sini juga banyak barang seperti Anda bawa ini. Apa namanya?” Pretensi selalu menampakkan wajah ketololan, apalagi kalau dilakukan dengan cara tolol pula.

Terkadang humor tentang sikap pretensius mengambil bentuk lelucon yang mengajukan kritik tajam. Bagi orang Malaysia yang jengkel dengan perusahaan penerbangan nasionalnya MAS bukan kependekan Malaysian Air System melainkan ‘Mana Ada System?’ Untuk orang Filipina, PAL bukanlah Philippine Air Lines, melainkan Plane Always Late. Dan GARUDA apakah kepanjangannya? Bagi sementara orang, ia adalah Good And Reliable, Under Dutch Administration (Bagus dan tepat, kalau diurus orang Belanda). Yang paling fatal adalah singkatan Penerbangan Mesir di zaman Nasser dahulu, UAA. Bagi kebanyakan orang, ia tidak berarti United Arab Airways, melainkan Use Another Airways (Gunakan Penerbangan Lain). Kritik lucu diarahkan kepada pretensi perusahaan- perusahaan penerbangan yang menampangkan ketepatan waktu dan baiknya pelayanan dalam iklan-iklan mereka, padahal dalam kenyataan tidakiah demikian. Seperti juga orang jengkel melihat perilaku pihak kepolisian, yang menggambarkan pasukan Sabhara sebagai elite yang penuh tanggung jawab, melayani masyarakat tanpa pandang bulu dan dengan cara yang adil. Karena kenyataannya banyak berbeda, ada orang yang memperpanjang istilah tersebut, hingga menjadi ‘Sabbharaha?’ Artinya dalam bahasa daerah Sunda: berapa? Rupanya, sudah diketahui orang ‘modus operandi’nya

Pretensi yang paling banyak terdapat adalah justru di bidang politik, karenanya tidak heran kalau kehidupan politik yang paling banyak dijadikan sasaran humor, seperti terlihat dalam buku ini. Kata seorang humoris terkenal di Amerika “Saya berhati-hati sekarang, tidak banyak menyatakan lelucon. Yang sudah-sudah kalau saya kemukakan sejumlah lelucon polilik kepada Presiden Reagan, ia akan mengangkat mereka pada jabatan penting dalam pemerintahan.”

Salah satu sasaran empuk adalah sifat egoistis para politisi. Lelucon berikut menggambarkan hal itu. Dalam perebutan calon presiden Amerika Serikat dan pihak Partai Demokrat, dalam tahun 1960, ada tiga orang calon kuat, yaitu Adlai Stevenson, Hubert Humphrey, dan Lyndon Johnson. Menurut kisah ini, ketiga mereka bertemu dalam sebuah pesta. Stevenson berkata kepada yang dua itu, “Saya tadi malam mimpi diberkati Tuhan. Rupanya, sayalah yang akan memenangkan pencalonan partai kita.” Humphrey menjawab, “Aneh, saya juga bermimpi yang sama, sehingga kans kita tampaknya sama.” Yang terhebat adalah Lyndon Johnson, yang mengatakan, “Lho, bagaimana mungkin? Saya kok tidak merasa memberkati kalian?” Lelucon yang menunjukkan besamya ego Lyndon Johnson sudah tentu diceritakan saingan terberat mereka, yang kemudian memenangkan jabatan kepresidenan, yaitu Mendiang John Fitzgerald Kennedy.

Tetapi untuk tidak terlalu menjatuhkan martabat kaum politisi, ada baiknya dikemukakan lelucon tentang kegoblokan orang dan profesi lain. Seorang pelatih bola marah karena anak asuhannya tidak naik tingkat di fakultas. Ia menyatakan dengan suara keras kepada dekan fakultas tersebut, “Kamu pilih kasih, anak sepintar dia sampai tidak naik tingkat. Kamu sentimen kepada olah raga bola.” Sang dekan menjawab, “Dia tolol sekali. Bagaimana mungkin ada mahasiswa menjawab tiga kali tiga ada sepuluh?” Sang pelatih memuncak marahnya, dengan suara semakin lantang ia berteriak, “Babi kamu, kelebihan dua angka saja sudah dijatuhkan!” Rupanya, ia mengira tiga kali tiga sama dengan delapan!

Kata pengantar ini ditutup dengan jaminan bahwa para pembaca pasti puas dengan lelucon-lelucon dari dan tentang Rusia yang ada dalam buku ini. Memang tidak sama standarnya, dan ada yang menjengkelkan tetapi kekurangan yang ada akan tertutup oleh mutiara-mutiara begitu banyak yang terserak dalam buku ini. Kalau tidak puas, tentu tidak mungkin buku ini dikembalikan kepada penerbit, dengan ganti rugi. Itu tidak lucu sama sekali. Masih lebih lucu kalau para pembaca meloakkan saja buku ini, agar tidak tertawa seorang diri karena orang lain tidak mampu membacanya, karena tidak mampu membelinya dengan harga asli. Diloakkan boleh, tetapi jangan dipinjamkan. Mengapa? Karena banyak peminjam sudah tahu peribahasa ampuh berikut: orang yang meminjamkan buku adalah orang bodoh, tetapi mengembalikan buku pinjaman adalah perbuatan orang gila.



Awal 1986
from source: http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Gus-Dur-dan-Kata-Pengantar-Buku-Mati-Ketawa-Rusia/

Pada suatu hari di hari Jumat, seorang muslim dari Medan (Bapak A) sholat Jumatan di daerah Jawa barat, dan waktu selesai sholat, Sendalnya hilang, Bapak A uring uringan dan nanya ke orang orang sebelahnya: "Mana sendal aku, dari tadi ku cari tidak ada",  di jawab oleh salah seorang jamaah disekitar itu: "meureun Pahili", kemudian Bapak A, nanya: "Siapa itu Pahili", dijawab lagi oleh jamaah lainnya: "Pahlili itu Paliron", dengan nada agak tinggi Bapak A berkata: "Mau Pa Hili mau Pa Liron, atau Pak Ahmad!!, coba tunjukkan orangnya aku kejar!!, yang penting sendalnya kembali!".
------

Suatu sore ada sekolompok anak anak sedang main Badminton di suatu gang, waktu itu giliran anak orang Sunda dengan anak dari Jawa,  persis saat itu shuttle kok nya jatuh didaerah permainan anak dari Jawa, Si Sunda langsung teriak "Cokot kok na, tuh", Si Jawa menjawab "Atos", Si Sunda nanya lagi "mana atos, gancang cokot" , Si Jawa bilang "Atoos, sambil mau nangis karena mengigit kok badminton. (keterangan: "Cokot" dalam bahasa Sunda artinya "Ambil" sedangkan dalam bahasa Jawa "Gigit"; kalau "Atos" dalam bahasa Sunda berarti "Sudah" dalam bahasa Jawa "Keras").
-----------------

 Pada suatu hari ada orang Sunda bertamu ke rumah keluarganya yang dari suku Jawa, dan saat tuan rumah mempersilahkan untuk makan, saudara dari Suku Jawa Bilang: " Ini Jangan, Ini Jangan, Ini Sambel", sambil bingung si Sunda akhirnya hanya makan sambel karena yang dimengertinya hanya Sambel sedangkan makanan lainnya dilarang.

Pada suatu hari di kantor sedang berdiskusi sekelompok sarjana teknik, kebetulan disitu ada dua orang dari suku Sunda dan yang lainnya dari berbagai suku, pada suatu pembahasan, si Sunda A nanya ke kelompok tersebut;

" Ini koq begitu harusnya kan begini" (maaf inti pembahasan dikaburkan), dan si Sunda B menjawab: "Aya bahan" (maksudnya menjawab ke si Sunda A), langsung Sarjana Teknik lainnya yang disitu bingung semua, kenapa ada "Bahan" padahal yang dibahas mengenai proses pengolahan pemurnian air, melihat kebingungan maka si Sunda B sadar langsung menerangkan ke semua,

 kalau "Aya Bahan" dalam bahasa Sunda itu artinya "Barangkali", eh salah satu teman lainnya nyeletuk kalau "Barangkali sih adanya Batu" (Barang yang ada di kali), padahal barang kali disini adalah "kemungkinan"



Pada suatu hari di tahun 1984 an di komplek perumahan perusahaan di Aceh, ada dua orang karyawan dari Sunda dan dari Jawa melewati suatu danau yang asri, kebetulan si Orang Jawa nyeletuk:

"Banyak siapa ya itu", sambil menunjuk ke sekelompok Angsa yang sedang berenang di danau, dengan yakinnya si orang Sunda menjawab: "mau banyak punya si A atau yang punya si B, itu kan bukan urusan kita", bingung juga si Orang Jawa ini mendapat jawaban begitu, eh ternyata setelah cerita sana sini, baru mengerti si Orang Sunda itu bahwa "Banyak" itu artinya "Angsa",

padahal dipikirnya waktu itu pertanyaannya banyakan Angsa siapa? Karena yang punya Angsa di danau itu adalah Bapak A dan Bapak B. Akhirnya terpaksa si Orang Sunda minta maaf ke orang Jawa karena kesalahan mengerti ini.

Suatu saat kita jalan-jalan kearah Garut dari Bandung dan waktu pulangnya , ada saudara kebetulan baru datang dari Jawa tengah, dengan tenangnya membaca suatu daerah bernama Kadungora dengan kata kata "Kadung Ora", dan dia bingung barangkali ada nama daerah seperti itu, diapun nanya,

"Kenapa ya nama kampung koq aneh "Kadung Ora", waduh ini yang salah siapa, mungkin yang nulis nama daerah yang salah karena kalimatnya disatukan, yang seharusnya "Kadu ngora" atau "Durian Muda".


Suatu saat ada saudara jauh seorang perempuan yang nikah sama orang Jawa dan tinggal di Semarang, bermaksud ke Bandung, dan Si Isteri bilang ke Suami nya: " Mas kita langsung saja ke Bandung sekarang, nanti nginap nya sih di hotel, kumaha engke we lah" , mereka pergilah pakai mobil sampai di Bandung sudah malam, dan si Suami mungkin masih ingat kata kata Isterinya dan nanya:

"Dik, kalau hotel "Kumaha Engke" itu di mana nanti begitu masuk bandung ke arah mana", si Isteri bingung sambil ketawa: " Mas sayang, Kumaha engke itu artinya Bagaimana nanti, Yuk kita cari sekarang hotelnya".




Ungkapan kata-kata penuh dengan kreatifitas terkadang sangat mengena, baik itu yang inspiratif lucu, sindiran lucu serta kata-kata lain yang kadang membuat kita senyum-senyum sendiri.  Berikut admin akan menayangkan beberapa kata tersebut yang dimabil dari beberapa sumber: 




Candi Borobudur & Prambanan, Candi Jago Candi Jawi dan beberapa Candi di Jawa itu semua tidak ada apa-apa dengan keberadaan Candi di Tanah Pasundan. Dan ternyata jumlah Candi terbanyak ada di bumi Sunda.

Karena selain Candi Cangkuang di Garut. Juga masih banyak Candi2 lainnya, seperti:

Candibayar., Candibere., Candimandian., Candicukur., Candisunatan.
Candilaksanakeun., Candikawinkeun., Candicobaan., Candidahar., candiditu-candidieu?
Dan candi-candi lainnya.

Termasuk juga Candibawa ka RS Jiwa nu keur maca BBM ieu bari sura-seuri sorangan, soal na Candi Ubaran, gelo sia!!  (haha...hehehe)



Seorang bocah sangat ingin melanjutkan sekolah,tetapi orang tuanya tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolahnya. Lagipula ibunya yang sedang sakit membutuhkan biaya untuk membeli obat. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada Tuhan :

Kepada Yth

Tuhan

di Surga

Tuhan yang baik, saya mau melanjutkan sekolah, tapi orang tua saya tidak punya uang. Ibu saya juga sedang sakit, mau beli obat.

Tuhan saya butuh uang Rp 20.000 utk beli obat ibu, Rp 20.000 untuk membayar uang sekolah,Rp 10.000 untuk membayar uang seragam,dan uang buku Rp 10.000.

Jadi semuanya Rp 60.000

Terima kasih Tuhan, saya tunggu kiriman uangnya.

Dari : Joe Taslim

Joe Taslim pun pergi ke kantor pos untuk mengirim suratnya.

Membaca tujuan surat tersebut, petugas kantor pos merasa iba melihat Joe Taslim, sehingga tidak tega mengembalikan suratnya. Bingung mau di kemanain surat itu, akhirnya petugas pos itu menyerahkannya ke kantor polisi terdekat.

Membaca isi surat itu, Komandan polisi merasa iba dan tergerak hatinya utk menceritakan hal tsb kepada anak buahnya. Walhasil, para polisi pun mengumpulkan dana utk di berikan ke Joe Taslim, tetapi dana yang terkumpul hanya Rp 55.000,-

Sang Komandan pun memasukan uang yang terkumpul ke dalam amplop, menuliskan keterangan : ” Dari Tuhan di Surga ” dan menyerahkan ke anak buahnya utk dikembalikan ke Joe Taslim.

Menerima uang tsb, Joe Taslim merasa sangat senang permintaannya terkabul, walaupun yang di terima hanya Rp 55.000,-.

Joe Taslim pun bergegas mengambil kertas dan pensil, dan mulai menulis surat lagi :

TERIMA KASIH TUHAN, TAPI LAIN KALI KALO MAU KIRIM UANG, JANGAN LEWAT POLISI, KARENA KALO LEWAT POLISI DI POTONG RP 5.000,-.


Nyanyian si Doni

Ono ing siji sekolahan, kelas 1 SD, yoiku ngepasi pelajaran kesenian sing diwulang pak guru. Sinambi ngoreksi pekerjaane bocah-bocah, pak guru ngajak murid-murid nyanyi. Banjur pak guru nimbali murid-murid maju siji-siji menyang ngarep.

Pak guru: Cah... bocah... tak timbali siji-siji maju menyang ngarep nyanyi bebas ya
Murid-murid: Nggeh pak...
Pak guru: Nomer siji... Doni. Ayo maju nang ngarep...
Doni: Nggeh pak (sinambi maju)
Pak guru: Kowe arep nyanyi opo Don?
Doni: Cicak di dinding pak...
Pak guru: Yo wes ndang mulai!
Doni: Cicak-cicak di dinding
Pak guru: Gedhe'no titik Don...!
Doni: Tekek-tekek di dinding, diam diam merayap
Pak guru: Don... gedhe'no titik (pak guru rodok mbengok)
Doni: Bajul-bajul di dinding...
Pak guru: (pak guru rodok muring karo mbengok) Doooon... sing digedhe'no kuwi suaramu, duduk kewane, lagian nyapo bajul blakra'an nang dinding.
Doni: @@@@@@@@

Entute Wong Ayu

Malem minggu dinone muda mudi memadu kasih, semono ugo karo si dul lan ceweke si sari. Wong loro iki lungguh ngobrol ngalor ngidul ning bangku taman. Ngepasi tamane rodo sepi.. mung ono wong 2 kuwi karo satpam penjaga taman nanging posisine adoh. Pas lagi enak enake ngobrol, banjur si Dul ambus ambus ngiwo nengen goleki ambu sing familiar karo irunge.

Si dul: Yank... kowe ngentut yo!
Si sari: Iyo mas, sori yo. Mambu ta?
Si dul: Ambu entute wong ayu koyok parfum import Paris
Si sari: Mosok mas, wangi banget ya?
Si dul: Nek wangine ora, tapi tahan lama... (karo nyumpet irung)
Si sari: @?@#?$#@#$*

Romeo & Juliet

Malam minggu Paidi janjian ketemuan karo Sumi pacare ning alun-alun. Sak bare ketemu jenenge boxah pacaran ya ngono kuwi, rayu rayuan gombal gombalan.

Paidi: Cin.. enake lapo ya?
Sumi: Hmm.. ayo gawe panggilan sayang sing anyar mas
Paidi: Koyo opo cin?
Sumi: Umpomo mas tak sebut Romeo?
Paidi: Kowe tak sebut Juliet cin
Sumi: Nek aku sebut papi?
Paidi: Tak bales mimi
Sumi: Nek tak sebut aa'
Paidi: Kowe tak sebut ee'
Sumi: Piye tho mas???!!!!
Paidi: Hehe sory... timbange bingung, tur yo ben ora ono sing madani, mending sebutane Almarhum & Almarhumah... piye?
Sumi: @@@###$#$//#

Anak Terlantar Dipelihara Negara!!

Utusan dari PBB datang untuk meninjau keadaan anak-anak miskin di Indonesia. Setelah melihat kondisi yg memprihatinkan dan jumlahnya yang banyak, utusan itu mengusap dada dan bertanya kepada presiden,

"Bagaimana tanggung jawab pemerintah saat ini, bagaimana mungkin begitu banyak anak-anak yang miskin dan terlantar di negeri yang besar ini, bagaimana pemerintah merealisasikan UUD '45 terutama pasal 34?"

Dengan tenang presiden menjawab
"UUD mengatakan anak-anak miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, Jadi tidak ada kata tanggung jawabnya, maka mereka semua saya yang pelihara, jadi jangan kaget kalau nanti tambah banyak, karena memang ada yg memelihara"
Utusan: ????##@$@$, dasar presiden gak tahu bahasa (dalam hati).


-------
Megawati Gak Mau Dipanggil Pak Harto!!!

Setelah peristiwa 27 Juli 1996 yang lalu, ada khabar santer bahwa "Megawati tidak mau dipanggil Pak Harto", kata seorang teman.
Wah buru-buru kita menganalisa mengapa keadaan menjadi begitu runyam, dan analisa dari kejadian lalu hingga sekarang, sampai terjadi diskusi yang berkepanjangan.

Tiba-tiba teman yang melontarkan gosip tersebut menengahi dan menginformasikan bahwa memang benar demikian adanya, sebab pertama ialah Megawati seorang Ibu jadi tidak mau dipanggil Pak,
kedua bahwasannya namanya Megawati dan bukan Harto, jadi dia hanya mau dipanggil Ibu Mega atau mBak Mega dan bukan Pak Harto.


--------
Bahan Bakar Alternatif
Karena harga BBM teru naik, Seorang ilmuwan akhirnya berhasil menemukan Alternatif bahan bakar. Pada suatu konferensi pers, ilmuan tersebut ditanyai oleh wartawan.

“Seandainya produk yang diciptakan oleh bapak sudah banyak dipakai oleh para pengguna kendaraan, apa yang akan bapak lakukan selanjutnya?

“Menaikkan harga bahan bakar ini”

Rahasia USA
Suatu hari, seorang laki-laki berlari sepanjang jalanan kota New York dan berteriak "Bush babi!!!!!!!!"

Ia tertangkap dan dihukum 45 tahun penjara. 10 tahun untuk dakwaan penghinaan terhadap presiden, dan 35 tahun untuk "pembocoran rahasia negara".

Ngerti???? Pasti ngerti dong!!!


Perbedaan YOI, YA, Ya Begitulah!!
Turis amerika yang sedang belajar Bahasa Indonesia sedang bingung, mengapa orang Indonesia, jika menjawab pertanyaan itu beda-beda seperti yoi, ya, dan ya begitulah.

Lalu, ia bertanya kepada seorang pejabat, "Bagaimana cara membedakan yoi, ya, da ya begitulah?"

Kemudian, pejabat itu menjawab, "Kalau yoi, orang tersebut tidak punya pendidikan, kalo iya, orang itu tamatan SMA, dan kalau begitulah, berarti ia sarjana."

"Oh, gitu, ya?", kata turis.
"Yoi!!", kata pejabat.



Penjaga Tol: "3.000 rupiah".

Tutut yang emangnya ngak punya uang seribuan mengeluarkan uang 50 ribu rupiah langsung saja menyodorkan tuch uang.

Penjaga Tol: "Ini Bu, kembaliannya. "

Bu Tutut: "Sudah...simpan saja buat keluarga anda."

Penjaga tol merasa senang karena menerima 47 ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Tutut.

Setelah beberapa jam Tommy dateng melewati jalan tol tersebut. Karena mereka tuch anaknya Soeharto, ngak punya uang receh, Tommy mengeluarkan uang 20 ribuan.

Penjaga Tol: "Ini Pak, kembaliannya 17 ribu."

Tommy: "Sudahlah, simpan aja buat sekolah anak anda."

Penjaga langsung memasukan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak ke Tommy.

Setelah beberapa jam Soeharto dengan mobilnya lewat jalan tol.

Soeharto mengeluarkan uang 5.000 rupiah dan disodorkan ke penjaga tol. Soeharto menunggu uang kembaliannya itu dan setelah menunggu 5 menit, ditanyanya kepada penjaga tol

Soeharto: "Lho, mana uang kembalian saya ?"

Penjaga Tol: "Ah Bapak, masa uang 2.000 rupiah aja dibalikin. Tadi bu Tutut dan pak Tommy lewat kembaliannya 47 ribu dan 17 ribu aja diberikan ke saya, masa Bapak yang 2.000 aja minta kembalian?? "

Soeharto: "Tunggu dulu mas !! Anda tau sapa Tutut dan Tommy??"

Penjaga Tol dengan cekatan menjawab: "Yach tahu Pak! Pertanyaan gampang tho, jelas Tutut dan Tommy tuh Anaknya Presiden."

Soeharto: "Pinter kamu, tahu mereka anak Presiden. Nah sedangkan saya kan cuma Anak Petani !!
Sekarang, mana kembalian saya??"

Penjaga Tol : !@$@!$!%!^$@ ^

Ngerti gak??? Semoga ngerti. Kok gini aja gak ngerti. Baca berulang ulang deh. OK lanjut...

Selendang biru suwek ombo, ndang dondomono
Aku rabi ora milih sing ayu, senajan elek-elek pokoke pinter nyitak boto

Sing Penting Gotong Royong


Nyitak boto oleh rong ewu, bojoku sing kerjo aku sing turu
Ayo podo ngejar sing ketinggalan, perlune kanggo mbrantas anane kebodohan
Mulane pancen perlu anane ketrampilan, kanggo ngurangi penyebebab kemiskinan
Koncoku kabeh ayo podo sing sregep moco buku lan koran
Senajan nggonne desa wis ono perpustakaan

Ugo ono, taman bacaan
Perlune kanggo mbrantas tiga kebutaan
Mulo pendidikan dulur, Iku pancane perlu
Luwe-luwe sing sekolah kudu sing sregep sinau
Supoyo biso keturutan cita-citamu,
Keno kanggo contoh konco lan kancamu


Sing tak jaluk ae, Ojok niru aku
biyen aku lek sekolah ora tahu mlebu
Opo maneh, tepak dino malam minggu pakaianku nyetil tapi oleh nyeleh nang koncoku
Keturutan oleh kenalan arek ayu
Ngomong sak ngomong
Mas aku cinta padamu
Lek koen pancen cinta dik, Ayo melok aku
Ayo nang pasar tak rombengno celonoku…


Lirik diatas adalah kidung jula-juli suroboyoan milik kartolo cs dari album “Blontang ngedukno lemah”

Terong kok di untir-untir. Nang tangan marai biru. Bojone uwong kok di pikir. Nang awak kuru. Klambi biru nang nduwur klasa Yen bapak ibumu ra setuju, aku isa apa? Mangan gedang campur tahu. Dikau sayang i miss you. Isuk ngikir sore ngikir. Kikire arek suroboyo. Isuk mikir sore mikir. Sing di pikir ora rumongso. Ono londo ajar basa jawa Entuk pacar jebul bekas germo Nyangking peti isi kloso.


Nyang ati marai nelongso. Akeh ketan akeh sego. Wakul ijo di kurepno. Akeh prawan akeh rondo. Sing duwe bojo di karepno. Budal ngetan tuku boto, ora lali tuku kloso Golek bojo sing iso dijak urip soro, sakwayah2 iso dikon nyithak boto Tir podo irenge. Sir podo senenge. Tir di campur roti. Sing di sir kok yo ra ngerti. Walang kekek nemplok neng pager Lanangan tuek kok diuber-uber Lampu sentir lengone potro. Tiwas naksir ra iso nggowo. Ono badak ditumpak'i lowo Ilatku cendak tapi manukku dowo Jajan sekoteng no prapatan karang ayu Opo artine gantheng nek ora payu-payu Wajik klethik gulo jowo Yen ra kuat ojo ngoyo Suwe ora jamu, jamu godhong suket Suwe ora nyawang rupamu, nyawang pisan malah mumet mlaku-mlaku di cokot yuyu.


Nang tretes di gepuk palu. Rodok susah duwe bojo ayu. Dompet kempes nang sirah ngelu. Itulah kumpulan pantun atau parikan jawa lucu dan asik buat guyonan bersama teman-teman sobat. Selamat membaca dan semoga sobat menyukainya.

Sumber: http://www.pantun123.com/2014/10/kumpulan-pantun-bahasa-jawa-lucu-banget.html
Konten yang sedang anda lihat saat ini adalah milik dari pantun123.com



Siji loro telu papat
Lima enem pitu wolu
Biji loro tetep hebat
Angger kembang melu ngguyu
Siji loro telu
Astane sedheku
Mirengake simbah mu
Menawa di dangu

Wit Gedang Awoh Pakel
Omong Gampang Nglakoni Angel

Wit Pakel kesrempet bis kota
Najan angel tetep usaha
Jajah deso milangkori
Gadjahbengko cen ngangeni

Nyangking ember kiwo-tengen
Lungguh jejer tombo kangen

Lomba mlayu, tekan ngarep gerbang
Paras ayu, tapi mlakune ngambang

Bulek Tin ngundang sukuran
aku ra teko polahe cacar
Valentine malah kepikiran
solae aku rung duwe pacar

Wit Klopo kuwi arane Glugu
Disigari diporo dadi pitu
Saben dino aku ora bisa turu
Kangen sopo, ora jelas ning atiku


Jajan sekoteng,
No prapatan karang ayu
Opo artine ngganteng
Nek ora payu-payu

Ijone sawah
Disawang karo mlaku
Tresna mu koyo hadiah
Syarat dan ketentuan berlaku

Nang stasiun Tawang njogo toko
Pisang molen nggo tombo ngelih
Isaku nyawang lewat poto
Rasane kangen kudu ndang mulih

Ngombe jamu
Jamune bratawali, Esem mu
Cen nggawe awakku lupa diri

Numpak sekuter
Nganggo sepatu hak
Awakku gemeter
Nyawang brengose bapakmu di Mohawk

Nyuwek dluwang nganggo lading
Iso nyawang ning raiso nyanding

Tuku sate lodeh, dipangan karo tempe       
Pede yo oleh, nanging yo ojo karo ndoble

Wis suwe ora mangan gudheg
Wani mbanting oleh dedeg
Ayo mancing golek delegate
Ngadeg jejeg nyungggi klapa
Ora kaya ewuhe nyunggi duren
Ora bisa ngadeg bukane apa-apa
Ning merga lemes saking olehe keluwen

Awan-awan mangan gethuk
Bubar mangan kok ngantuk
Saben dina sangu rantangan
Isine rantang katon methuthuk
Aku pancen bubar mangan
Ning ora mangan gethuk

Pit Abang
Pite mas Mantri
Nek ngesun Kembang
Aku ya ngantri

Nang medan ana terminal Amplas
Yen udan kebanjiran nggo susuh kodok
Lha mosok ora nduwe ide babar blas
Apa ide kuwi di monopoli kaum ortodoks

Ndelok Monas seko Tugu
Ben ra panas jejer aku

Dondong opo salak
Duku cilik cilik
Ngandong opo mbecak
Mlaku timik timik

Borobudor ono jawa tengah
Gunung kelod ono jowo timur
Poro sedulor ojo podo susah
Meniko pantun podo menghibur


Wetan gunung kulon gunung
Tengah-tengah ono segoro
Ijeh uri ojo bingung-bingung
Printahe Allah ndang lakonono

Manok emprit manuk seriti
Manok doro nutuli sego
Ijeh urip seng ngati-ngati
Ojo podo ngelakoni doso

Dimar cilik arane cublik
Dimar gede benter murupe
Awet cilik tumindak becik
Soyo gedhe bener lakune

Menyang jombang tuku sarung
Menyang malang tuku kelambi
Ojo bimbang lan ojo binggung
Sholat sembahyang ndang dilakoni

Dolanan gitar lagune melayu,
Yen atiku disigar hanya ada kamyu


PARIKAN JAWA


Wit Klopo kuwi arane Glugu,
Disigari diporo dadi pitu.
Saben dino aku ora bisa turu,
Kangen sopo, ora jelas ning atiku.

Jajan sekoteng, no prapatan karang ayu..
Opo artine ngganteng, nek ora payu-payu

Ngombe jamu, marakke lemu..
Tresnaku marang sliramu, kealang brengos'e bapakmu.

Mlaku-mlaku nang tunjungan.
Iki Tresnoku, nang awakmu gak ketulungan

kakehan mikir gak iso lemu,
bengi yo susah turu.
cumak slirahmu,
sing iso nggawe tentrem lan bungahe atiku

tuku jamu, karo dolanan.
Sliramu, pancen ayu tenan

Blonjo gulo karo tomat
Ayo konco podo tobat
Rendang babat isi tomat
Ndang tobat selak kiamat
 Bengi-bengi nemu lowo
Lowo ne ono ing wit telo
Dadi bocah ojo sembrono
Kudu taat marang wongtuo
Rio blonjo buah tomat
Blonjo ne nang amerika serikat
Ayo konco podo tobat
Ojo nganti nyesel nang akhirat
Isuk sore podo sholawatan
Ngirim dongo karo sing kuoso
Urip iku amung pisan
Ojo digawe susah lan nelongso
Bagong iku hobi ngukir
Sing diukir arek suroboyo
Ngomong kuwi kudu dipikir
Ojo sampek gawe sengsoro
Ngombe sinom nguntal obat,
Enthek limo katutan kecambah ...
Mumpung jek enom ayo ndang tobat,
Urip nang ndunyo ojo lali ibadah



Menyesal Bertemu Bidadari

Bahkan saat menanggapi aksi jihad yang dilakukan oleh banyak warga muslim yang percaya kematiannya akan menjamin tempat di surga, Gus Dur malah kembali melemparkan leluconnya.

“Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?” tanya seorang wartawan kepada Gus Dur.

Gus Dur pun menjawab, “Memangnya sudah ada yang membuktikan?”

“Tentu saja belum kan, ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga. Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit. Dan kalau pun mereka masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari, karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan polisi,” lanjut Gus Dur cengengesan.
-----------------





Abdurrahman Saleh Sudah Mendarat  di  Abdurahman Wahid



Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke Malang, dan mendarat di Bandara Abdurrahman Saleh. Ini mengingatkan dia pada peristiwa belasan tahun silam, ketika dia mendarat di bandara yang sama dari Jakarta, saat masih ada penerbangan regular dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Malang.

Waktu itu Gus Dur bersama antara lain Almarhum Jaksa Agung Sukarton Marmosujono. Sebagaimana lazimnya untuk rombongan orang penting, mereka pun disambut oleh pasukan Banser NU.
Ketika rombongan sudah siap berangkat ke Selorejo, sekitar 60 kilometer dari bandara, petugas Banser melaporkan pada posko melalui handy talky.
“Halo, halo, rojer,” kata Mas Banser. “Lapor: Abdurrahman Saleh sudah mendarat di airport Abdurrahman Wahid!”

------------------




Kaum Almarhum

Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela “ideologi”nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.

Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam para ulama dan leluhur.

“Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi.” Katanya.



19. Lupa Tanggal Lahir

Gus Dur, nama lengkapnya adalah Abdurrahma Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Ada rahasia dalam tanggal kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu persis tanggal berapa sebenarnya dia dilahirkan.

Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan diri sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus  Dur ditanya, ” Namamu siapa Nak?” “Abdurrahman,” jawab Gus Dur.

“Tempat dan tanggal lahir?’ “Jombang …,” jawab Gus Dur terdiam beberapa saat.
“Tanggal empat, bulan delapan, tahun 1940,” lanjutnya

Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung dulu bula kelahirannya. Gus Dur hanya hapal bulan Komariahnya, yaitu hitungan berdasarkan perputaran bulan. Dia tidak ingat bulan Syamsiahnya atay hitungan berdasarkan perputaran matahari.

Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan Syakban, bulan kedelapan dalam hitungan Komariag. Tetapi gurunya menganggap Agustus, yaitu bulan delapan dalam hitungan Syamsiah.

Maka sejak itu dia dianggap lahir pada tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau 7 September 1940.

-------------






Santri Dilarang Merokok


“Para santri dilarang keras merokok!” begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyatri. Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol.

Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar.

Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambail merokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.

“Nyedot, Kang?” sapa si santri sambil menghampiri “senior”-nya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang “yunior”. Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi.

Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya. “Hai, rokokku jangan dibawa!” teriak Kiai Fatta.

21. Kuli dan Kyai

Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.

Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!

Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: “Lho kenapa Anda berkerumun di sini?”

“Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai.”

22. Sate Babi

Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.
Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa yang haram?
Gus Dur: Babi
Ajudan: Yang lebih haram lagi
Gus Dur: Mmmm … babi mengandung babi!
Ajudan: Yang paling haram?
Gus Dur: Mmmm … nggg … babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!
--------



Tak Punya Latar Belakang Presiden

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.

Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah satu televisi swasta. “Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan,” ujar Mahfud.

Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. “Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok,” ujar Gus Dur santai.

Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik. “Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan,” kelakar Mahfud.
----------




Obrolan Presiden

Saking sudah bosannya keliling dunia, Gus Dur mencari suasana baru. Saat itu dia mengundang Presiden Amerika Serikat dan Perancis terbang bersama Gus Dur keliling dunia dengan pesawat kepresidenan RI 1. Boleh dong, memangnya hanya AS dan Prancis saja yang punya pesawat kepresidenan.

Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Betul dugaan Gus Dur, tidak lama Presiden Amerika, saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan tangannya ke luar pesawat. Sesaat kemudian dia berkata, “Wah kita sedang berada di atas New York.”

“Lho kok bisa tau?” tanya Gus Dur.

“Ini patung Liberty saya pegang.”

Presiden Prancis Jacques Chirac tak mau kalah. Dia ikut mengulurkan tangannya ke luar pesawat. “Kita sedang berada di atas Paris,” katanya.

“Wah… kok bisa tau juga?” kata Gus Dur.

“Itu… menara Eiffelnya, saya bisa sentuh.”

Gus Dur panas mendengar kesombongan Clinton dan Chirac. Kali ini giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya.

“Wah… kita sedang berada di atas Tanah Abang,” teriak Gus Dur.

“Lho kok bisa tau?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur tidak bisa melihat.

“Ini jam tangan saya hilang,” jawab Gus Dur kalem.

***

Ohh ...... Internet



Suatu kali ada seorang Kiai Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya kepada Gus Dur.

“Wah … pesantren saya sudah jadi. Lengkap, bangunannya luas bertingkat,” katanya dengan wajah bangga. “Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana. Soalnya sudah lengkap dengan eternit,” tambahnya lagi.

“Eternit?” tanya Gus Dur sambil berpikir setiap bangunan kan memang perlu eternit.

“Payah, mosok nggak ngerti. Itu lho yang pakai komputer …!”
“Ohhh … internet,” jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir sambil tertawa.

10.Stek Tumbuhan

Di ruang perpustakaan pribadinya, sedang terjadi diskusi yang serius antara Gus Dur dengan salah seorang anaknya yang kepingin jadi anggota LKIR.

Gus Dur: “Memangnya apa yang bisa kamu sumbangkan untuk LKIR sekolahmu?”
Anak: “Sebuah penemuan dari penelitian yang saya lakukan sendiri.”
Gus Dur: “Apa itu?”
Anak: “Penggabungan (stek) tiga jenis tumbuhan yang sangat berlainan spesiesnya. Dan ternyata berhasil.”
Gus Dur: “Apa tiga jenis tumbuhan itu …?”
Anak: “Kelapa, singkong, dan tebu.”
Gus Dur: (terdiam, sepertinya tidak percaya) “Lalu apa yang terjadi dengan ketiga tumbuhan itu?’
Anak: “Jadi gethuk
--------




Tiga Jenis Orang NU


Rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, sehari-harinya tidak pernah sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam. Bahkan tak jarang sampai dini hari para tamu ini datang silih berganti baik yang dari kalangan NU maupun bukan. Mereka pun banyak dari luar kota.

Menggambarkan fanatisme orang NU, Gus Dur mengatakan, tamu-tamu itu ada tiga tipe orang NU.

Pertama :“Kalau mereka datang dari pukul 07.00 – 21.00 dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU,” kata Gus Dur.

Kedua:” mereka yang meski sudah larut malam, sekitar pukul 21.00-01.00, masih mengetuk pintu Gus Dur dan membicarakan NU. “Ini namanya orang gila NU,” ujarnya.

Ketiga: “ kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila,” kata Gus Dur sambil terkekeh.
-------





Ho Oh


Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat sedang jalan-jalan di Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia kemudian bertanya kepada seorang penjual rokok. “Apa betul ini Jalan Sudirman?” “Ho oh,” jawab si penjual rokok.

Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. “Apa ini Jalan Sudirman?” Polisi menjawab, “Betul.”

Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudannya. “Apa ini Jalan Sudirman?” Gus Dur menjawab “Benar.”

Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab “Ho oh,” lalu tanya polisi dijawab “betul” dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata “benar.”

Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata, “Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau yang bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau yang bertanya kepada tamatan Universitas maka jawabannya benar.”

Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya bertanya, “Jadi Anda ini seorang sarjana?”

Dengan spontan Gus Dur menjawab, “Ho … oh!”
------------




 Made In Japan, Sangat Cepat …

Di luar Hotel Hilton, Gus Dur bersama sahabatnya yang seorang turis Jepang mau pergi ke Bandara. Mereka naik taksi di jalan, tiba-tiba saja ada mobil kencang sekali menyalip taksinya. Dengan bangga Si Jepang berteriak, “Aaaah Toyota, made in Japan. Sangat cepat…!”

Tidak lama kemudian, mobil lain menyalip taksi itu. Si Jepang teriak lagi, “Aaaah Nissan, made ini Japan. Sangat cepat.”

Beberapa lama kemudian, taksi yang ia naiki lagi-lagi disalip mobil, dan Si Jepang teriak lagi “Aaaah Mitsubishi. Made in Japan sangat cepat…!” Gus Dur dan sopir taksi itu merasa kesal melihat Si Jepang ini bener-bener nasionalis.

Kemudian, sesampainya di bandara, sopir taksi bilang ke Si Jepang. “100 dolar, please…”

“100 dolars…?! Ini tidak jauh dari hotel.”

“Aaaah… Argometer made in Japan kan sangat cepat sekali,” kata Gus Dur menyahut Si Jepang itu.

****

Ikan Curian Gusdur Jadi Halal

Gus Dur menjadi santri di Pondok Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam (Ponpes Salaf API) Tegalrejo, Magelang, antara 1957-1959. Gus Dur bersama beberapa teman-temannya merancang skenario pencurian ikan di kolam milik Sang Guru, Kiai Haji Chudlori.

Waktu itu, Gus Dur menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam sementara Gus Dur mengawasi di pinggir kolam,”

Gus Dur tak ikut masuk ke kolam dengan dalih mengawasi jika sewaktu-waktu KH Chudlori keluar dan melewati kolam. Tak lama kemudian, lanjut dia, KH Chudlori yang setiap pukul 01.00 WIB selalu keluar rumah untuk menuaikan shalat malam di masjid melintas di dekat kolam. Seketika itu juga, teman-teman Gus Dur yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh kabur. Sementara Gus Dur tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan hasil curian.

Gus Dur kepada KH Chudlori , kalau tadi ikan milik kiai telah dicuri dan Gus Dur mengaku berhasil mengusir para pencuri itu,  ikan hasil curiannya berhasil Gus Dur selamatkan.

Atas “jerih-payah” Gus Dur itu, KH Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada Gus Dur supaya dimasak di kamar bersama teman-temannya. Akhir kata, ikan itu akhirnya dinikmati Gus Dur bersama teman-teman bengalnya.

Jelas Gus Dur mendapat protes keras dari teman-temannya yang disuruhnya mencuri tadi. Namun bukan Gus Dur namanya jika tak bisa berdalih, yang lebih penting adalah hasilnya.

“Wong awakmu yo melu mangan iwake. Lagian, iwake saiki wis halal wong uwis entuk izin seko kyai. (Kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan curian tersebut sudah halal, karena telah mendapat izin dari kiai-red)

7. Dialog Presiden Dengan Tuhan

a. Ronald Reagen (AS), ” Tuhan, kapan negara kami makmur?, Tuhan jawab,” 20 tahun lagi”. Presiden AS menangis.

b. Presiden Syarkozy ( Prancis), ” Tuhan, kapan negara Prancis makmur?, Tuhan menjawab, ” 25 tahun lagi”, Mendengar jawaban Tuhan, Presiden Prancis menangis.

c. Tony Blair ( PM. Inggris ). ” Tuhan, kapan negara Inggeris bisa makmur”, Tuhan menjawab,” 20 tahun lagi”, PM. Tony Blair ikut juga menangis.

d. Gusdur ( Presiden RI),” Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?,” ternyata Tuhan tidak jawab, gantian Tuhan yang menangis.






Menebak Usia Mumi

Ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman Orde Baru. Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli Palaeo Antropologinya yang terbaik.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman Orde Baru yang waktu itu masih bergaya represif misalnya banyaknya penculikan para aktivis. Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel.

Setelah sejumlah negara maju untuk menebak usai mumi, giliran delegasi Indonesia yang maju. Pak Komandan bertanya kepada panitia, bolehkan dia memeriksa mumi itu di ruang tertutup. “Boleh, silahkan,” jawab panitia.

Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringan Pak Komandan Intel itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri. “Usia mumi ini enam ribu dua ratus empat puluh lima tahun enam bulan tujuh hari,” katanya dengan lancar.

Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum jawaban itu tepat sekali.

Menjelang kembali ke Indonesia, Pak Komandan Intel dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel. “Anda luar biasa,” kata mereka. “Bagaimana cara Anda tahu dengan persis usia mumi itu?”

Pak Komandan dengan enteng menjawab, “Saya gebuki, ngaku dia!”

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget